Lanjut ke konten

Membongkar Tokoh Dibalik Pembunuhan Munir

Januari 4, 2009

Mengungkap Dalang Pembunuh Munir : Mungkinkah Keterlibatan Petinggi Indonesia?

Sebuah Opini ‘sederhana’ untuk mengenang kematian Munir – Sang Aktivis HAM Indonesia,  juga atas kehilangan teman-teman aktvitis dan mahasiswa 97-98, serta keprihatinan lembaga “Adhyaksa” yang telah memvonis bebas mantan terdakwa Muchdi PR di pengujung akhir tahun yang kelam.
echnusa

Pengantar

Lirik ERK : “Di udara”

Aku sering diancam
Juga teror mencekam
Kerap ku disingkirkan
Sampai dimana kapan?

Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan

Aku bisa dibuat menderita
Aku bisa dibuat tak bernyawa
Dikursi listrikkan ataupun ditikam

Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti..

Munir
Munir

Munir Said Thalib, pejuang HAM Indonesia, 4 tahun silam tewas diracun arsenik dalam perjalanannya menuju Amsterdam dari Jakarta. Berbagai kemungkinan pihak dibalik pembunuhan sampai saat ini belumlah terungkap sepenuhnya. Aksi-aksi perjuangan pendiri KontraS (Komosi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan) ini, Munir, menjadi ‘musuh berbahaya’ bagi lawan-lawannya.

Kebencian para penguasa orde baru terhadap gerakan ‘human right’ Munir sangatlah beralasan. Mereka [penguasa] yang telah semena-mena menindas, membunuh, dan membantai rakyat kecil mendapat perlawanan keras dari Munir. Munir tanpa lelah terus mencari fakta dan realita untuk mengungkap kasus-kasus pembantaian orang dan rakyat yang tidak berdosa. Meskipun dirinya dan keluarganya menerima berbagai ancamam pembunuhan, Munir tetap melangkahkan perjuangannya dengan darah jadi taruhannya.

Kematian Munir di pesawat Garuda pada 7 September 2004, menjadi kemenangan terbesar para penjahat kemanusiaan di negeri ini. Ada begitu banyak deretan nama-nama penguasa Orde Baru yang masih ‘berkeliaran bebas’ di negeri ini. Tidak hanya berkeliaran, bahkan tidak sedikit dari mereka menjadi ‘pahlawan’ yang dinantikan oleh masyarakat kita yang masih ‘melek realitas’.

Kronologis Pengadilan Munir

Munir, Sang Pilot Garuda

Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan akhirnya terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama persidangan, terungkap bahwa pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu ia membuat surat tugas palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi pembunuhan Munir semakin terkuat tatkala Pollycarpus ‘meminta’ Munir agar berpindah tempat duduk dengannya. Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior. Dan pada akhirnya, 20 Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun hukuman penjara.

Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus tidak mengakui dirinya sebagai pembunuh Munir, berbagai alat bukti dan skenario pemalsuan surat tugas dan hal-hal yang janggal, membuktikan Pollycarpus adalah pihak yang telah menghabiskan nyawa ‘pahlawan HAM Indonesia”. Namun, timbul pertanyaan, untuk apa Pollycarpus membunuh Munir?? Apakah dia bermusuhan atau bertengkar dengan Munir?? Tidak ada historis yang menggambarkan hubungan mereka berdua.

Muchdi PR, Sang Agen Intelijen

Selidik demi selidik, akhirnya terungkap nomor yang pernah menghubungi Pollycarpus dari agen Intelinjen Senior adalah seorang mantan petinggi TNI, yakni Mayor Jenderal (Purn) Muchdi Purwoprandjono. Mayjen (Purn) Muchdi PR pernah menduduki jabatan sebagai Komandan Koppassus TNI Angkatan Darat yang ditinggali Prabowo Subianto (pendiri Partai Gerindra). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Deputi Badan Intelijen Indonesia (CIA-nya Indonesia)

Muchdi PR ditangkap pada 6 Juni 2008. Lalu ia disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan pada awal Desember 2008, jaksa penuntut umum (JPU) kasus pembunuhan Munir menuntut Muchdi PR dihukum 15 tahun penjara. Muchdi PR terbukti menganjurkan dan memberikan sarana kepada terpidana Pollycarpus Budihari Priyanto untuk membunuh Munir.

Jaksa juga memaparkan sejumlah fakta yang terungkap dari keterangan saksi, barang bukti, dan keterangan terdakwa selama 17 kali sidang. Di antaranya adalah surat dari Badan Intelijen Negara yang ditujukan kepada Garuda Indonesia pada Juni 2004 yang merekomendasikan Pollycarpus sebagai petugas aviation security. [hal aneh, mengapa BIN ikut campur urusan bisnis Garuda hingga merekomendasi Pollycarpus untuk ikut terbang ‘bersama’ Munir]

Budi Santoso [sebagai saksi] yang menyatakan pernah mendengar Pollycarpus disuruh Muchdi membunuh Munir. Jaksa juga menunjuk bukti transaksi panggilan dari nomor telepon yang diduga milik Pollycarpus ke nomor yang diduga milik Muchdi, atau sebaliknya, yang tercatat dalam call data record. Selain itu, dalam persidangan Muchdi PR memberikan keterangan berubah-ubah dan beberapa kali bertindak tidak sopan.

Usaha para jaksa membongkar kasus pembunuhan dan menuntut pelaku pembunuh kandas ditangan majelis hakim PN Jakarta Selatan yang diketuai Suharto. Tanggal  tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim menvonis bebas Muchdi Pr atas keterlibatannya dalam pembunuhan aktivis HAM – Munir. Kurangkah bukti di pengadilan? Ataukah ada rupiah atau ancaman yang diterima oleh para ‘penegak hukum’ di institusi peradilan kita???
Inikah keputusan yang adil bagi perjuangan keadilan dan hak asasi manusia, tatkala Pollycarpus BP terbukti membunuh atas ‘bimbingan’ BIN dan telah divonis 20 tahun penjara?

Langkah Hukum

Meski ditengah krisis kepercayaan institusi hukum di negeri ini, pihak berwajib harus mengajukan kasasi ke lembaga hukum lebih tinggi atas putusan bebas tersebut. Karena jika putusan bebas, dapatkah kita mencari dalang pembunuh sebenarnya?

Menurut saya, yang pasti Pollycarpus hanyalah ‘alat’ yang digunakan oleh pihak penguasa, dalam hal ini mantan terdakwa Muchdi PR. Disisi lain, saya melihat bahwa Muchdi PR bukanlah satu-satunya orang dibalik pembunuhan Munir. Saya berkeyakinan bahwa Muchdi PR hanyalah rekanan dari penguasa lain yang menginginkan agar Munir dieksekusi. Siapakah itu?

Untuk menelusuri hal tersebut, saya akan berusaha mencari referensi kasus-kasus besar dan penting yang ditangani oleh Munir, terutama kasus pelanggaran HAM yang dilakukan pihak penguasa Orde Baru.

Ada beberapa kasus penting yang pernah ditangani oleh (alm) Munir yang memungkinkan [menurut opini saya] mereka/pihak yang berseberangan dengan Munir memiliki niat untuk menghabisi nyawa Munir. Dan kita tahu bahwa, banyak saksi, pembela, jaksa dinegeri ini ditindas, diancam bahkan dibunuh oleh para tersangka ‘penjahat, perampok,pembunuh’. Sebut saja, hakim Agung, M. Syafiuddin Kartasasmita, yang dibunuh atas perintah Tommy Soeharto, karena sedang mengadili kasus korupsinya.

Berikut daftar kasus ‘penting dan berbahaya’ yang ditangani Munir:

— Penasehat Hukum masyarakat Nipah, Madura, dalam kasus permintaan pertanggungjawaban militer atas pembunuhan tiga petani Nipah Madura, Jawa Timur; 1993
— Penasehat Hukum dalam kasus hilangnya 24 aktifis dan mahasiswa di Jakarta; 1997-1998
— Penasehat Hukum dalam kasus pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok 1984; sejak 1998
— Penasehat Hukum kasus penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi 1 dan 2; 1998-1999
— Anggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM di Timor Timur; 1999

Usaha Mencari “Induk Semang” Penculikan

Kita tahu bahwa mereka yang berjuang melawan pemerintah yang tiran di zaman orde baru akan dihilangkan [dihabisi]. Dari tahun 1997-1998, tercatat minimal ada 24 orang aktivis dan mahasiswa yang ditangkap oleh pasukan khusus era Soeharto hingga saat ini dinyatakan hilang [dihilangkan oleh penguasa]. Jika di era 80-an dan awal 90-an dikenal Petrus, maka menjelang kerusuhan Mei 1998, untuk membendung aksi anti-pemerintah Soeharto, maka Soeharto pun menyiapkan ‘keamanan’ yang lebih khusus.

Salah satu divisi ‘loreng’ yang bertindak ‘mengamankan’ situasi adalah Kopassus dengan TIM MAWAR-nya. Ratusan aktivis ditangkap dan disiksa, serta sebagian “top of the top activist” hilang bak ditelan bumi. Terutama mereka yang ‘suka’ berbicara HAM kepada pemerintah. Salah satu tokoh yang saya angkat adalah Wiji Thukul, seorang sastrawan puisi.

Wiji Thukul
Wiji Thukul

Wiji Thukul, terkenal dengan puisi yang ‘menyayat wibawa pemerintah’ karena berisi kritikan terhadap ketidakadilan dan pengingkaran harkat dan martabat manusia. Semenjak Tragedi 27 Juli 1996, ia menjadi buruan aparat. Akibat suaranya yang vokal, selama hampir 6 bulan, ia terpaksa menghindar dari kejaran aparat [kalau tertangkap, yah……habiiiiss!]. Ia tidak bisa pulang. Keadaan memaksanya untuk pergi, berlari tanpa bisa berhenti, menyelamatkan diri dengan meninggalkan istri dan kedua anaknya. Dan suara seorang suami, masih terdengar terakhir kali oleh istrinya pada Februari 1998 (6 bulan setelah Tragede 27 Juli). Setelah itu…ia ‘hilang’ dan sangat mungkin dihilangkan.
Biografi Wiji Thukul (silahkan baca)
Biografi Munir (silahkan baca)

Tak pelak lagi, Munir pun salah satu korban, ‘anak manusia’ yang terlalu ‘galak’ kepada pemerintah yang tiran. Alm. Munir tahu betul siapa pelaku Tragedi 27 Juli 1997, dan siapa dibalik penangkapan aktivitis yang menyeret ‘petinggi orba’. Meski pada saat itu ia belum punya bukti-bukti lengkap untuk menjebloskan para ‘tiran’, dan hingga  sebelum ajal menjemputnya, Alm. Munir terus berjuang membela para korban dengan mengumpul sebanyak mungkin bukti dan saksi. Dan hingga saat ini pun, lembaga ‘adhyaksa’ [pengadilan] kita belum mampu mengungkap tragedi 27 Juli karena kekurangan bukti, saksi yang bungkam hingga masih kuatnya pengaruh oknum orba di saat ini…..

Dari uraian di atas, kita pun bisa menduga-duga, siapa sih pelaku penculikan? Siapa sih yang merasa terancam jika Munir masih bisa bernafas, menatap, dan berbicara? Selama lebih 6 tahun kejatuhan rezim Orba akhirnya Munir, pihak yang terancam sudah pasti mencari momen yang tepat untuk menghabisi ‘pahlawan HAM’ tersebut. Akhirnya, 1 bulan menjelang pelantikan Presiden terpilih SBY Oktober 2004, pada tanggal 7 September 2004 Munir tewas diracun.

“Institusi Penculikan”

Belajar dari pengalaman masa lalu, duga-dugaan kita akan semakin mengerucut pada beberapa tokoh dibalik peristiwa pelanggaran HAM di tahun 1997-1998. Petinggi-petinggi yang menguasai tampuk kekuasaan yang ‘memungkinkan’ melakukan ‘agresi’ pada rakyat kecil, adalah MILITER. Siapakah petinggi militer yang berpotensi sebagai tersangka penculikan, pembunuhan?
Hanya ada beberapa yang sangat berpontensi yakni Kopassus ataupun Kostrad. Hanya ada 2 kemungkinan yang sangat menonjol : Komando Pasukan Khusus atau Komando Strategis Angkatan Darat. Di era Soeharto, hierarki Kopassus dan Kostrad bisa langsung ‘dibisikkan’ oleh Presiden, tanpa ‘bersungkem’ kepada Pangab yang dijabat Jendral Wiranto.

Dan sudah menjadi rahasia umum, bahwa institusi yang bertanggung jawab langsung atas penculikan para aktivis dan mahasiswa yang vokal pada saat itu adalah “TIM MAWAR“, suatu tim khusus yang dibentuk oleh KOPASSUS yang dipimpin oleh Letnan Jendral Prabowo Subianto, Sang menantu Soeharto pada saat iu. Sedangkan yang bertanggungjawab mengendalikan aksi demonstrasi Mahasiswa pada Mei 1998 salah satunya adalah campur tangan satuan Kostrad yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Muchdi PR. Setelah Prabowo dicopot dari Kopassus, maka posisi ini akhirnya dipegang oleh Muchdi PR.

Sehingga wajar, jika sebagian kecil masyarakat beropini bahwa “para petinggi Kopassus bertanggung jawab terhadap penculikan” dan “para petinggi yang merasa terancam atas desakan hukum atas penculikan adalah ‘otak’ pembunuhan Munir”. Opini sederhana yang ditarik oleh masyarakat awam dari sebuah kisah kelam yang sedikit demi sedikit terbongkar. Tetapi, namanya politik, intrik dan kekejaman memang sulit untuk ditebak maupun sulit untuk diduga, apalagi dibuktikan dalam waktu seumur jagung.

Jadi, wajarkah jika beberapa orang berpendapat bahwa “petinggi  institusi yang terlibat atas dua kasus tragedi ’98 (penculikan dan pembunuhan)  tersebut” yang menjadi tokoh intelektual pembunuhan Munir. Dua institusi tersebut, tak lain-tak bukan : Koppasus, dan Kostrad.  Sah-sah saja, jika ada yang berpendapat seperti itu. Tetapi, karena negara kita adalah negara hukum, maka masyarakat kita pun dibatasi agar tidak menuduh orang yang belum ada bukti bersalah sebagai pelaku. Yang hanya bisa dilakuan masyarakat adalah menduga. Ingat masih menduga [jadi masih diwilayah abu-abu].

Meskipun demikian, opini sebagian masyarakat perlu dicermati mendalam, tatkala  saat ini, para mantan petinggi “Institusi militer yang bermasalahan tersebut” yakni Prabowo dan Muchdi begitu akrab serta bersama-sama mendirikan Partai Gerindra.  (Prabowo sebagai Ketum dan Muchdi PR sebagai Waketum).
Sehingga timbul pertanyaan mungkinkah kedua mantan ini terlibat??? [terlibat dalam pembunuhan Munir]

Just an opinion. Not an incrimination.
-opini kritis–by echnusa – 4 Jan 2009

Sumber Referensi:
www.munir.co.id
www.kontras.org
www.tempointeraktif.com
www.tokohindonesia.com
www2.kompas.com
www.vivanews.com
http://id.wikipedia.org

Lamp I : Kisah Tokoh ‘Harapan Petani Indonsia” –  Prabowo

Pada 1995 ia dipercaya sebagai Komandan Jendral Kopassus. Pada saat itulah, Prabowo diduga mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis,  yang dilakukan oleh sebuah tim yang disebut Tim Mawar. Hingga kini para korban masih belum ditemukan.

Pada 1998, Prabowo ditunjuk menjadi Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Tapi, jabatan ini tak lama dipegangnya, karena keburu meletus peristiwa Mei 1998.  Peristiwa Mei banyak dipercaya sebagai sebuah skenario dari kekuatan militer, yang  menurut kontroversi, melibatkan polemik internal militer, antara Prabowo dengan Panglima ABRI Wiranto.

Akibatnya Prabowo dipindah tugaskan menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI. Melalui sidang pertimbangan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), Panglima ABRI memberhentikan Letnan Jenderal Prabowo dari dinas kemiliteran.
Setelah dinonaktifkan dari militer, Prabowo pergi ke Yordania. Di sana  ia memperoleh status kewarganegaraan setempat , dan diperlakukan dengan baik oleh Raja Yordania, temannya saat mengikuti pelatihan militer. Setelah melewati masa sulit di Yordania, Prabowo beralih menjadi pengusaha. Tiga tahun kemudian, November 2001,  ia kembali ke Indonesia.

Pada pilpres 2004, Prabowo ikut dalam konvensi Partai Golkar, tapi kandas diputaran ke-dua konvensi partai tersebut. Dengan kecerdasannya, Prabowo langsung tancap gas, ia mencari organisasi yang diinginkan oleh rakyat agar jalan menuju Istana menjadi kincrong. Yah…HKTI lah kendaraan utamanya untuk mendapat citra positif dari rakyat. Ia dipilih menjadi Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) pada 5 Desember 2004. Ia menggantikan  Siswono Yudo Husodo yang sebelumnya mengunakan HKTI untuk menjadi Cawapres bersama Amien Rais pada pilpres 2004.

Lamp II : Catatan Suram Kopassus di Tahun 1998*

— Pada tahun 1998, Kopassus dituding [sulit untuk membuktikan] dengan ertanggung jawab terhadap kegiatan penculikan dan penghilangan nyawa beberapa aktivis pro demokrasi yang dilakukan Tim Mawar.
— Keterlibatan peristiwa Mei 1998. Banyak hasil penelitian tim pencari fakta independen menemukan adanya organisasi terstruktur rapi dalam militer yang dengan sengaja dan maksud tertentu menyulut kerusuhan massa di Jakarta dan Surakarta (kedua kota tersebut secara kebetulan adalah daerah basis/markas Kopassus, yaitu Cijantung-Jakarta dan Kandang Menjangan-Surakarta).
–Pada 2007 masalah Tim Mawar ini kembali mencuat ke permukaan melihat kenyataan bahwa 11 tentara yang terlibat (6 di antaranya dipecat pada 1999), ternyata tidak jadi dipecat tetapi tetap meniti karir, naik pangkat dan beberapa diketahui memegang posisi-posisi penting seperti Dandim dengan pangkat kolonel. Panglima TNI menyatakan hanya 1 dari 6 perwira tersebut yang benar-benar dipecat.

Terima kasih kawan!
Anda telah mengorbankan darah dan nyawa untuk berjuang dan menghadang mereka yang telah menindas, menyengsarakan, memborgol suara, dan membunuh hak-hak hidup dan berwarganegara.

Jawaban Andy F Noya Atas Kritikan ‘Megawati Berbicara”

Januari 2, 2009

      Berikut tanggapan yang dibuat oleh host kickandy, Andy F Noya, atas berbagai kritik, masukan, komentar atas penayangan episode “Megawati Bicara I dan II” yang dimuat situs kickandy. Tidak sedikit pihak yang tidak antipati Megawati menyampaikan kritikan dan opini ‘sinis, busuk’ ke pihak KickAndy, dan juga kepada Bung Andy F Noya. Komentar yang masuk baik pro, kontra, maupun netral mencapai jumlah luar biasa, bahkan mencapai ribuan komentar.
Silahkan untuk membaca dengan hati terbuka.

Andy F Noya

Andy F Noya

Megawati
Andy F Noya

    “Sayang ya, Kick Andy jadi corong Megawati. Uang memang bisa mengalahkan idealisme..” Begitu bunyi salah satu SMS yang yang saya terima. SMS dari nomor yang tidak saya kenal itu hanya salah satu dari ratusan komentar sinis dari penonton Kick Andy pada episode Megawati Soekarnoputri.

    Bahkan ketika masih dalam bentuk promo di Metro TV dan di situs kickandy.com, sejumlah orang sudah mengomentari wawancara saya dengan Megawati itu. Kick Andy sudah tidak independen. Kick Andy sudah menjadi alat politik Megawati.”

    Memang, sejak promonya muncul, timbul pro dan kontra. Terlebih setelah wawancara tersebut ditayangkan. Bagi yang pro, mereka mengatakan baru mengenal pemikiran-pemikiran Megawati setelah menonton Kick Andy. Mereka menilai Megawati tidak “bodoh” dan tidak “naif” seperti yang dikesankan selama ini. Sementara bagi yang kontra, mereka menganggap Megawati tetap tidak pantas memimpin negeri ini.

    Di alam demokrasi seperti sekarang ini, pro dan kontra menjadi sesuatu yang lumrah. Sesuatu yang wajar dan perlu terus diperjuangkan. Kalaupun ada yang membuat saya sedih, lebih karena banyak di antara penulis komentar yang menyerang pribadi atau fisik. Bukan kebijakan atau pandangan-pandangan Megawati.

    Nah, bagaimana dengan komentar bahwa saya dibayar dalam wawancara tersebut? Tuduhan semacam ini bukan barang baru. Pada tahun 1999, di ujung kerusuhan besar di Jakarta, saya juga pernah dituduh menerima satu milyar rupiah dari Pangab/Panglima TNI (waktu itu) Wiranto. Tuduhan itu lahir dalam kondisi yang hampir sama, yakni ketika saya mewawancarai Wiranto di RCTI selama dua jam.

    Tuduhan itu baru saya ketahui ketika saya sedang belajar di Cardiff University, New South Wales, Inggris. Istri saya, sembari bergurau, menanyakan di mana saya menyimpan uang satu milyar itu? Pasalnya, sejumlah orang di milis menuduh saya sudah menerima satu milyar rupiah atas wawancara dengan Wiranto tersebut.

    Saya geli sendiri. Sebab pada waktu itu hampir semua media berusaha mewawancarai dengan Wiranto berkaitan dengan kerusuhan yang berujung kejatuhan Pak Harto. Semua orang ingin tahu apa yang terjadi. Bahkan waktu itu secara berkelakar saya umumkan di dalam rapat redaksi Seputar Indonesia, RCTI, bahwa siapa yang bisa mewawancarai Wiranto akan mendapat hadiah dari saya selaku wakil pemimpin redaksi. Ini untuk menunjukkan betapa sulitnya mendapatkan Wiranto saat itu.

    Akhirnya, setelah diyakinkan berkali-kali, Wiranto bersedia diwawancarai. Bahkan sampai dua jam. Pertanyaan saya waktu itu dinilai “kejam” oleh sejumlah orang. Karena dalam wawancara tersebut saya tanyakan soal tuduhan bahwa dia berada di belakang pembentukan Pam Swakarsa (yang berhadapan dengan mahasiswa) dan kerusuhan di Timor Timur. Tetapi toh muncul isu dalam wawancara itu saya dibayar Wiranto.

    Tuduhan yang sama kini muncul kembali. Sejumlah komentar di situs kickandy.com menuding saya sudah “dibeli” oleh Megawati atau PDIP. Ada juga yang menuduh saya hanya menjalankan kepentingan yang lebih besar, yakni kepentingan pemilik Metro TV, Surya Paloh (yang juga Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar), yang hendak bergandeng tangan dengan PDIP.

    Sejumlah komentar juga menyesalkan mengapa saya memberi ruang bagi Megawati untuk “kampanye”. Sementara komentar lain menginginkan saya memberi perlakuan yang adil bagi calon presiden lain untuk juga tampil di Kick Andy.

    Hampir 30 tahun menjadi wartawan, saya sudah terbiasa dengan kritikan dan ancaman. Ini memang konsekuensi dari profesi yang saya tekuni. Saya selalu berusaha menerimnya dengan lapang dada dan menjadikan semua kritikan sebagai masukan.

    Dalam hal wawancara dengan Megawati, sebenarnya sudah lebih dari satu tahun saya mengajukan permintaan. Selain mengirim surat resmi, saya juga melakukan pendekatan pada orang-orang dekat Megawati. Tetapi semua nihil. Sampai suatu hari Megawati menyatakan kesediaannya.

    Saya sempat bertanya-tanya mengapa akhirnya Megawati bersedia. Sebab banyak orang mengatakan pertanyaan-pertanyaan saya pada setiap tokoh yang tampil di Kick Andy sering “keras” dan “kejam” walau tanpa pretensi. Saya sebenarnya hanya mewakili pertanyaan yang muncul di masyarakat.

    “Setelah saya perhatikan, Kick Andy merupakan program televisi yang memberi inspirasi, motivasi, dan memberi ruang bagi narasumbernya untuk menyampaikan pikiran-pikirannya secara bebas,” begitu Megawati menjelaskan alasannya mengapa akhirnya bersedia tampil di Kick Andy.

    Walau saya yang meminta wawancara tersebut, kepada Megawati saya tegaskan akan bertanya apa saja yang saya ingin tanyakan. Secara halus saya siratkan tidak akan bersedia jika ada larangan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh ditanyakan. Selama ini saya juga tidak pernah memberitahu apa yang akan saya tanyakan. Ini prinsip yang saya berlakukan kepada siapa saja selama menjadi wartawan. Kepada Megawati saya hanya mengatakan akan mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan “keras” yang harus dia jawab. Kalau dia tidak bersedia, sebaiknya wawancara dibatalkan.

    Sejumlah teman yang skeptis mengkhawatirkan wawancara tidak akan berjalan lama. Mereka yakin Megawati tidak akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan saya untuk sebuiah wawancara selama satu setengah jam. “Bisa ngomong lima menit saja sudah bagus,” ujar seorang teman.

    Teman yang lain mewanti-wanti saya untuk tidak bertanya soal tuduhan (Menkopolkam waktu itu) SBY bahwa Megawati telah “menyingkirkannya” dengan tidak menegur dan mengajak ikut dalam rapat kabinet. Teman tadi khawatir jika pertanyaan itu saya lontarkan, Megawati akan diam seribu bahasa dan wawancara akan bubar berantakan.

    Dalam kenyataan, di Kick Andy Megawati berbicara lebih dari tiga jam. Dia menjawab seluruh pertanyaan saya. Termasuk soal dia “menzalimi” SBY. Inilah wawancara pertama Megawati di stasiun televisi dan merupakan wawancara terpanjang yang pernah dilakukannya. Banyak hal yang selama ini tidak kita ketahui, terungkap. Termasuk soal mengapa dia hanya lulus SMA. Itu sebabnya kami membagi wawancara tersebut dalam dua episode.

    Lepas dari setuju atau tidak Megawati mencalonkan diri kembali untuk pemilihan presiden pada 2009, ada beberapa hal yang bisa kita petik dari wawancara tersebut. Hal yang menarik untuk menjadi bahan pembelajaran.

    Setidaknya kita bisa melihat bagaimana sikap Megawati terhadap Pak Harto. Dari wawancara tersebut tergambar dengan jelas dari cerita Megawati bagaimana keluarganya merasa diperlakukan tidak adil oleh rezim Orde Baru. Bagaimana mereka melihat Bung Karno diperlakukan dengan tidak pantas sebagai “mantan presiden”. Tetapi, ketika Megawati menjadi presiden, dan Pak Harto dalam kondisi lemah dan sakit-sakitan, Megawati tidak mengambil kesempatan untuk “balas dendam”.

    Pelajaran lain adalah perjuangannya untuk meningkatkan harkat dan martabat kaum perempuan. Mungkin cara Megawati menjelaskan terkesan emosional, tetapi esensi yang bisa kita tangkap adalah bagaimana kekecewaannya pada sudut pandang masyarakat Indonesia terhadap kaum perempuan di negeri ini. Termasuk juga pada sikap sebagian kaum perempuan yang masih menempatkan dirinya sebagai kaum yang lemah.

    Hal lain yang bisa kita petik adalah bagaimana Megawati menyikapi kasus kerusuhan 27 Juli 1996, ketika kantor pusat PDI yang dia pimpin diserbu sekelompok orang tak dikenal. Dalam peristiwa itu jatuh korban sejumlah kader PDI yang luka-luka bahkan dikabarkan ada yang tewas. Ada kesempatan bagi Megawati untuk “balas dendam” ketika dia menjadi presiden dan berkuasa. Tetapi dia lebih memilih menyerahkannya kasus tersebut kepada pengadilan koneksitas yang dibentuk. Meskipun sampai sekarang persoalan tersebut belum juga tuntas dan tetap menjadi misteri.

    Beberapa hal tadi hanya sejumlah contoh yang bisa dipetik untuk memperkaya bathin kita. Sebaliknya, hal-hal negatif dari Megawati bisa menjadi bahan renungan dan introspeksi agar kita tidak melakukan hal yang sama dalam tataran kehidupan kita masing-masing.

    Jika dianalogikan dalam ilmu silat, Kick Andy menerapkan jurus “dewa mabok”. Kick Andy sering mengangkat topik-topik yang tidak dipikirkan atau dipedulikan oleh program televisi lain. Kick Andy tidak tergantung pada “news peg” atau cantelan berita yang sedang aktual.

    Bahwa Megawati muncul pada saat menjelang pemilihan presiden, saya juga tidak terlalu hirau. Setiap orang, setiap topik, bisa muncul kapan saja di Kick Andy. Bagaimana dengan kesempatan calon presiden lain untuk tampil di Kick Andy? Bisa saja. Tetapi, tidak juga menjadi keharusan. Sebab pemilihan nara sumber Kick Andy selama ini bukan berdasarkan asas “keadilan”. Supaya adil, maka jika Megawati sudah muncul, maka semua calon prsiden lain juga harus dimunculkan. Bukan begitu.

    Kalau asa “keadilan” seperti itu yang diterapkan, saya khawatir justru Kick Andy akan terjebak pada politik praktis. Padahal sejauh ini Kick Andy berusaha independen. Dalam menentukan topik dan nara sumber, selama ini tidak ada campur tangan siapa pun. Tidak juga Surya Paloh, pemilik Metro TV. Ini sudah sikap.

    Karena itu saya kasihan juga ketika dalam konteks Megawati, nama Surya Paloh terseret-seret. Surya Paloh baru tahu Megawati akan tampil di Kick Andy lima jam sebelum rekaman. Pada saat Megawati ke studio Metro TV, sebagai tuan rumah Surya Paloh turut menyambut. Tidak lebih dari itu.

    Sekali lagi, pro dan kontra dalam alam demokrasi sangat diperlukan. Saya pribadi melihatnya sebagai sesuatu yang sehat. Soal tuduhan saya dibayar, diatur, dipaksa, atau diperalat dalam mengangkat sebuah topik, tetap saya terima sebagai masukan untuk introspeksi. Dengan begitu saya berharap dapat terus memperbaiki diri.

    Kalaupun ada yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini, marilah kita memetik hal-hal yang positif dari topik yang ditampilkan di Kick Andy. Kita jadikan bahan pelajaran dalam hidup. Kita jadikan acuan untuk memperbaiki diri. Sedangkan bagian yang negatif kita masukan keranjang sampah. Maka marilah kita menonton Kick Andy dengan hati.

Ditulis oleh : Andy F Noya (29 Desember 2008) di www.kickandy.com

Bagi yang ingin membaca rangkuman hasil wawancara “Megawati Bicara I dan II” di Kick Andy dapat mengakses di: (silahkan diklik)
Megawati Bicara I 
Megawati Bicara II

Biografi Munir : Seorang ‘Pahlawan’ HAM Indonesia

Januari 1, 2009

Siapakah Munir?

Munir Said Thalib

Munir Said Thalib

Dengan nama lengkap Munir Said Thalib, (alm) Munir lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965 dan meninggal pada 7 September 2004 di pesawat Garuda Jakarta-Amsterdam yang transit di Singapura. Ia meninggal karena terkonsumsi racun arsenik dalam penerbangan menuju Belanda untuk melanjutkan studi masternya di bidang hukum. Pria keturunan Arab lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini merupakan seorang aktivis dan pejuang HAM Indonesia. Ia dihormati oleh para aktivitis, LSM, hingga dunia internasional.

Tanggal 16 April 1996, Munir mendiriikan Komosi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) serta menjadi Koordinator Badan Pekerja di LSM ini. Di lembaga inilah nama Munir mulai bersinar, saat dia melakukan advokasi terhadap para aktifis yang menjadi korban penculikan rejim penguasa Soeharto. Perjuangan Munir tentunya tak luput dari berbagai teror berupa ancaman kekerasan dan pembunuhan terhadap diri dan keluarganya. Usai kepengurusannya di KontraS, Munir ikut mendirikan Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia, Imparsial, di mana ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif.

Saat menjabat Koordinator KontraS namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktifis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus yang dipimpin oleh Prabowo Subianto (Ketum GERINDRA). Setelah Suharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus (waktu itu) Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota Tim Mawar.

Atas perjuangannya yang tak kenal lelah, dia pun memperoleh The Right Livelihood Award di Swedia (2000), sebuah penghargaan prestisius yang disebut sebagai Nobel alternatif dari Yayasan The Right Livelihood Award Jacob von Uexkull, Stockholm, Swedia di bidang pemajuan HAM dan Kontrol Sipil terhadap Militer di Indonesia. Sebelumnya, Majalah Asiaweek (Oktober 1999) menobatkannya menjadi salah seorang dari 20 pemimpin politik muda Asia pada milenium baru dan Man of The Year versi majalah Ummat (1998).

Kasus-Kasus Penting yang Pernah ditangani Munir

  1. Penasehat Hukum masyarakat Nipah, Madura, dalam kasus permintaan pertanggungjawaban militer atas pembunuhan tiga petani Nipah Madura, Jawa Timur; 1993
  2. Penasehat Hukum Sri Bintang Pamungkas (Ketua Umum PUDI) dalam kasus subversi dan perkara hukum Administrative Court (PTUN) untuk pemecatannya sebagai dosen, Jakarta; 1997
  3. Penasehat Hukum Muchtar Pakpahan (Ketua Umum SBSI) dalam kasus subversi, Jakarta; 1997
  4. Penasehat Hukum Dita Indah Sari, Coen Husen Pontoh, Sholeh (Ketua PPBI dan anggota PRD) dalam kasus subversi, Surabaya;1996
  5. Penasehat Hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan dalam kasus kerusuhan PT. Chief Samsung; 1995
  6. Penasehat Hukum bagi 22 pekerja PT. Maspion dalam kasus pemogokan di Sidoarjo, Jawa Timur; 1993
  7. Penasehat Hukum DR. George Junus Aditjondro (Dosen Universitas Kristen Satyawacana, Salatiga) dalam kasus penghinaan terhadap pemerintah, Yogyakarta; 1994
  8. Penasehat Hukum dalam kasus hilangnya 24 aktifis dan mahasiswa di Jakarta; 1997-1998 –> [Danjen Koppasus]
  9. Penasehat Hukum dalam kasus pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok 1984; sejak 1998
  10. Penasehat Hukum kasus penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi 1 dan 2; 1998-1999
  11. Anggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM di Timor Timur; 1999
  12. Penggagas Komisi Perdamaian dan Rekonsiliasi di Maluku
  13. Penasehat Hukum dan Koordinator Advokat HAM dalam kasus-kasus di Aceh dan Papua (bersama KontraS)

Dan masih banyak sekali kontribus (alm) Munir dalam penanganan kasus-kasus yang menyangkut pembelaan Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Sipil yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

*Kasus yang di’bold‘ merupakan dugaan-dugaan saya para pelaku [pihak yang merasa akan dirugikan oleh Munir] dibalik pembunuhan Munir. Mereka merasa ‘suara’ Munir yang membela para korban kekersaan dan kekejaman terlalu berbahaya bagi eksistensi kekuasan mereka.

Kronologi Kematian Munir

Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya. Penerbangan menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di Bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia.

Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.

Persidangan Pembunuhan Munir

Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut. Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.

Lalu pada 6 Juni 2008, mantan Komandan Kopassus TNI Angkatan Darat dan juga mantan Deputi BIN, Mayor Jenderal (Purn) Muchdi Purwoprandjono ditangkap oleh polisi sebagai tersangka pembunuhan Munir. Selama beberapa bulan persidangan, akhirnya pada tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim PN Jakarta Selatan memvonis bebas Muchdi Pr.

Lalu, siapakah pembunuh Munir??
Siapakah hakim PN Jakarta??
Mungkin hanya seorang Pollycarpus yang tidak berkepentingan merupakan otak pelaku pembunuhan Munir??
BACA ULASAN-NYA DI :

Membongkar Tokoh Dibalik Pembunuhan Munir

Disusun oleh : echnusa [1 Januari 2009]
Untuk mengenang perjuangan Alm. Munir.
Referensi: (www.munir.co.id, id.wikipedia.org)

Tragedi ‘Desember Gaza’ di Tanah Suci 3 Agama

Desember 31, 2008

Tragedi Darah Desember 2008 di Tanah Suci 3 Agama

Oleh : ech-wan @nusantaraku

Wilayah Konflik

Wilayah Konflik

Lihat VIDEO Serangan Israel
1 Januari 2009 – Serangan Ke Mesjid (LIHAT)
2 Januari 2009 – Serangan Yang menewaskan Anak-Anak (LIHAT)

Menutupi akhir tahun 2008 dan membuka tahun baru Hijriyah 1430, dunia diguncang berita memprihatinkan, menyedihkan sekaligus menggerikan.  Daerah sengketa yang telah diperebutkan lebih dari 2000 tahun yang lalu, kembali bergelinang darah warga yang tidak berdosa. Bermula dari 27 Desember 2008 atau 4 hari menjelang 2009,  militer Israel menyerang dan membombardir wilayah Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Tidak tanggung-tanggung, ratusan warga tidak berdosa pun tewas akibat muntahan senjata dari pesawat-pesawat tempur Israel. Serangan antara kedua pihak berlanjut hingga hari ini : 4 Januari 2009 Baca selengkapnya…

Daftar Politisi DPR Golkar yang Pembolos (2004-2007)

Desember 31, 2008

Daftar Politisi DPR  yang Pembolos dari Golkar  (2004-2007)

Latar Belakang
Melanjutkan tulisan saya mengenai Partai dan Anggota DPR Pembolos (bagian 1) – Statistik Partai-Partai Pembolos di DPR (2004-2007), topik saat ini adalah Daftar Politisi DPR yang Pembolos dari Golkar . Seperti pada artikel sebelumnya, saya menggunakan data-data yang dirilis di situs kumpulan Risalah Rapat Paripurna Periode Oktober 2004 – Desember 2007 (http://www.dpr.go.id/dpr/bagian_risalah/kegiatan.php). Karena terdapat 550 data anggota dewan yang harus diolah untuk setiap risalah, maka saya hanya menggunakan 20 dari 66 Risalah yang dipublikasikan oleh DPR.
Untuk menjaga keakuratan hasil statistik, saya menggambil 20 dari 66 data risalah secara acak dengan tetap mempertahankan presentatif tiap periode sidang atau rapat paripurna. Meski tidak tertutup kemungkinan terjadi kesalahan kecil dalam statistik, namun 20 data ini cukup menggambarkan kondisi para politisi di Senayan ini. Saya tidak punya data alasan ketidakhadiran mereka dalam rapat paripurna di Senayan. Dan hal yang sama, saya tidak bisa menginput data tahun 2008, karena hingga saat ini belum ada data Risalah Rapur 2008 yang dirilis di situs www.dpr.go.id.

Landasan pemaparan ini adalah anggota DPR yang tidak hadir  dalam sidang merupakan tindakan tidak terpuji. Dan secara etika dan moral mereka telah melakukan tindak korupsi, yakni korupsi waktu. Hal ini pun dipertegas dalam Kode Etik Dewan Pasal 6 Ayat 1Anggota harus mengutamakan tugasnya dengan cara menghadiri secara fisik setiap rapat yang menjadi kewajibannya“. Sehingga alasan bertemu dengan konstituen di daerah, bertemu dengan calon kepala daerah di pilkada-pilkada, bertemu dengan pejabat dan lainnya, bukanlah alasan yang dapat dibenarkan. Kecuali, mereka khusus melakukan kunjungan kerja ke daerah terpencil sehingga tidak memiliki waktu untuk kembali ke Jakarta untuk menhadiri  sidang mengurus masalah rakyat dan negara.
Meskipun demikian, saya tetap menghargai alasan-alasan tersebut atau alasan sakit atau hal-hal kemanusian lainnya, maka saya hanya menampilkan mereka dengan tingkat kehadiran sangat kurang, yakni 70% dan dibawah 70%. Angka 70% merupakan angka batas ‘masih wajar’. Sedangkan jika tingkat kehadiran kecil 70% atau dibawah 2/3 sidang, ini yang menjadi pertanyaan besar.
Mengingat kembali pendapat pengamat politik dan dosen Fisipol UGM, Sigit Pamungkas, rendahnya tingkat kehadiran anggota DPR mengikuti rapat komisi atau  rapat paripurna DPR merupakan cerminan politisi busuk. “Itu penyakit politisi busuk karena tidak menjalankan fungsi dasar lembaga legislatif. Nah sekarang mau berperan dalam kebijakan DPR bagaimana orang hadir saja tidak pernah,”

Anggota DPR Partai Golkar yang ‘Gemar’ Bolos

Berdasarkan jumlah anggota di DPR, partai Golkar ‘mengirimkan’ tidak kurang 127 anggotanya di lembaga legislatif tertinggi di negeri ini. Golkar yang menang pada Pemilu 2004 dengan memperoleh 23.1% kursi di DPR, memiliki anggota-anggota ‘tergolong busuk’ seperti yang diungkapkan Pak Sigit Pamungkas.
Pada kesempatan ini, saya khusus menampilkan anggota DPR Golkar yang sering bolos alias mangkir.

No Nama Anggota Dewan Kehadiran Daerah Pemilihan
1 Bambang Sadono, SH, MH 35% Jawa Tengah 3
2 H.Aulia Aman R, SH,M.Si 40% Sumatera Barat 1
3 Drs. H. Mohammad Hatta, MBA 40% Jawa Barat 4
4 Dr. Marwah Daud Ibrahim, MA 40% Sulawesi Selatan 2
5 Marzuki Darusman, SH 50% Nusa Tenggara Barat
6 Idrus Marham 50% Sulawesi Selatan 1
7 Dr. Hj. Mariani Akib B, MM 50% Sulawesi Selatan 2
8 Hj. Marliah Amin 55% NAD 1
9 Drs. Agun Gunandjar Sudarsa 55% Jawa  Barat 9
10 Gbph H. Joyokusumo 55% DI Yogyakarta
11 Tisnawawi Karna, SE 60% Bali
12 H. Muhayan Hasan 60% Kalimantan Timur
13 Hj. Nurhayati Yasin Limpo 60% Sulawesi Selatan 1
14 H.R. Agung Laksono 65% DKI Jakarta 1
15 Drs. H. Mohammad Ichwan S 65% Jawa Tengah 10
16 Budiarsa Sastrawinata 65% Banten 2
17 H.M. Malkan Amin 65% Sulawesi Selatan 2
18 Dr. H. Abdul Gafur 65% Maluku Utara
19 Dr.H.M.Azwir Dainy T, MBA 70% Sumatera Barat 1
20 Dewi Asmara, SH 70% Jawa Barat 3
21 Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME 70% Jawa Barat 7
22 Drs. Hajriyanto Y Thohari, MA 70% Jawa Tengah 4
23 Drs. H.A. Mujib Rohmat 70% Jawa Tengah 9
24 Gde Sumarjaya Linggih, SE 70% Bali
25 Drs. Setya Novanto 70% NTT 2
26 Victor Bungtilu Laiskodat, H 70% NTT 2
27 M. Akil Mochtar, SH, MH 70% Kalimantan Barat
28 Drs. Fachri Andi Leluasa 70% Sulawesi Selatan 2
29 Simon Patrice Morin 70% Papua

Dari tabel di atas, terlihat bahwa ada sekitar 18 DPR Golkar yang sering bolos (14% anggota). Dan 29 orangnya (atau 23% anggotanya) yang memiliki tingkat kehadiran 70% dan kebawah.
Mereka yang hanya menghadiri 1/2 dari total sidang berjumlah 7 orang yakni Bambang Sadono, SH, MH,H.Aulia Aman Rachman, SH, M.Si, Drs. H. Mohammad Hatta, MBA, Dr. Marwah Daud Ibrahim (Sulsel), MA, Marzuki Darusman, SH, Idrus Marham (Sulsel), Dr. Hj. Mariani Akib Baramuli, MM (Sulsel).
Yang menarik adalah dari ketujuh DPR tersebut, 3 diantaranya adalah anggota Dapil Sulawesi Selatan, tempat asal Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla (Wapres juga)
Timbul pertanyaan….. apakah mereka bertiga dari Dapil Sulsel dapat sewenang-wenangnya tidak hadir karena satu daerah dengan Ketua Umumnya?? Mengapa Ketumnya tidak bertindak tegas??? Apakah karena seorang Wapres??

Daftar Mantan DPR 2004-2009 Partai Golkar yang Bermasalah

No Nama Anggota Dewan Da.Pil Kasus
1 H. Saleh Djasit, SH Riau Korupsi Damkar
2 Drs. Antony Zedra Abidin Jambi Wagub Jambi, Korupsi Hutan
3 Adiwarsita Adinegoro Jawa Barat 3 Korupsi Hutan, pengusaha, tingkat kehadiran hanya 11%
4 M. Yahya Zaini, SH Jawa Timur 7 Asusila
5 H. Hamka Yamdu Y.R, SE Sul. Selatan 1 Korupsi Hutan

Tercatat 5 mantan politisi Golkar yang terlibat dalam tindak pidana dan asusila.

Anggota DPR Partai Golkar yang Rajin

Tentu kita tidak bisa menvonis langsung kejelekan suatu partai karena memiliki 23% ‘politisi pemalas’. Meskipun tergolong ‘kaya’ dengan jumlah ‘politisi malas’, partai Golkar memiliki 5 orang paling rajin (4% anggota).

No Nama Anggota Dewan Da.Pil
1 Drg. H. Tonny Aprilani, M.Sc Jawa Barat 3
2 Drs. Ade Komarudin Jawa Barat 6
3 H. Asep Ruchimat Sudjana Jawa Barat 10
4 Ferdiansyah, Se, Mm Jawa Barat 10
5 Dra. Trulyanti S Habibie S, M.Psi Gorontalo

Mereka berlima merupakan anggota DPR dari Golkar yang tidak pernah mangkir dari statistik saya. Kita perlu memberi apresiasi tinggi atas hasrat, niat dan perbuatannya untuk selalu hadir di sidang paripurna DPR. Jika ada 5 orang yang mampu hadir setiap kali rapat, mengapa ada 29 orang yang tidak mampu hadir lebih dari 3/4 sidang paripurna???
Setidaknya, mereka berlima [4 berasal dari Jabar] tidak menyandang ‘politisi busuk’. Mereka hadir ditengah ‘malasnya’ rekan-rekannya, sehingga  pantas untuk memberi titel pada mereka, “politisi rajin”.

* Ini hanya refleksi pola kerja anggota dewan selama kurun waktu 3 tahun (2004-2007). Saya tidak tahu apakah mereka telah berubah di tahun 2008.

Untuk partai lainnya, akan saya usahain lagi.

Terima Kasih – ech for nusantaraku – 31 Desember 2008

Artikel Terkait : Daftar Politisi DPR PDIP yang Pembolos (2005-2007)

Partai-Partai Pembolos di DPR (2004-2007)

Desember 29, 2008

Partai-Partai Pembolos di DPR (2004-2007)

Latar Belakang

Melanjutkan tulisan saya mengenai sikap anggota DPR yang korupsi waktu yang ditunjukkan dengan tingkat kehadiran yang rendah dikala sidang dan rapat di Senayan, kali ini saya akan memaparkan hasil analisis data statistik yang saya kumpulkan dari situs Risalah Rapur DPR RI [silahkan buka].  Selain itu, tulisan ini juga menambahkan daftar ‘politisi busuk’ di Senayan (artikel sebelumnya : Taufiq Kiemas, Seorang Politisi Busuk?).

Artikel ini bukan untuk menyudutkan partai, tapi semata-mata digunakan untuk merefleksi janji dan slogan-slogan yang disampaikan para wakil rakyat ini ketika berkampanye. Dan tentunya, menjelang tahun 2009, kita tidak mau salah pilih, baik partai maupun individu. Memang kita tidak bisa langsung menyalahkan partai karena ketidakhadiran anggota partainya di rapur atau sidang.

Namun, sudah seyogyanya sebuah partai besar (anggota > 2%) di negeri ini memiliki mekanisme partai dalam ‘menertibkan’ anggotanya yang keluar dari visi-misi partai sebagai kendaraan politik untuk memperjuang nasib rakyat. Saudara anggota dewan yang terhormat, anda dipilih bukan di lotere. Itulah ungkapan keprihatinan seorang seniman, Iwan Fals, menyikapi malasnya wakil rakyat yang tiap bulan mengantongi 40-an juta. Yang tidak bisa diterima adalah mereka malas hadir, dengan berbagai alasan : mendengar konstituen, kunjungan ini dan itu, pertemuan pejabat penting, ini dan itu.

Padahal kita tahu bahwa, jadwal rapat dan sidang di DPR tidaklah tiap hari dalam setahun. Mereka juga memiliki waktu reses (istrahat) sidang yang jauh lebih panjang dibanding seorang seorang tukang pos yang tiap hari mengantarkan surat.

Landasan kritikan dari ketidakhadiran anggota dewan ini adalah Kode Etik Dewan pasal [lihat sumber] 6 (Bab IV) mengenai Ketentuan dalam Rapat DPR RI yakni:
1.Anggota harus mengutamakan tugasnya dengan cara menghadiri secara fisik setiap rapat yang menjadi kewajibannya.
2.Ketidakhadiran Anggota secara fisik sebanyak tiga kali berturut-turut dalam rapat sejenis, tanpa ijin dari Pimpinan Fraksi, merupakan suatu pelanggaran kode etik.

Data sample yang saya gunakan adalah 21 dari 66 Risalah Rapat Paripurna DPR sejak Oktober 2004 hingga Desember 2008. Tentu saja, saya mengambil datanya secara acak, sehingga tingkat kevalidan hasil dapat dipertahankan.

Partai Pembolos (2004-2007)*

Saya masih belum memiliki data Risalah Rapur tahun 2008. Karena pada situs dpr.go.id masih belum mempublikasikan risalah rapur mereka pada tahun 2008.

Tabel 1 : Data Anggota DPR tiap Partai Masa Periode 2004-2009

Anggota DPR tiap Partai (2004-2009)
Partai Anggota % Kursi
Golkar 127 23.1%
PDIP 109 19.8%
PPP 58 10.5%
PD 56 10.2%
PAN 53 9.6%
PKB 52 9.5%
PKS 45 8.2%
PBR 14 2.5%
PDS 13 2.4%
PBB 11 2.0%
PPDK 4 0.7%
P-P 3 0.5%
PKPB 2 0.4%
PKPI 1 0.2%
PNI M 1 0.2%
PPDI 1 0.2%
Total # DPR 550 100.0%

Tabel 2 : Data Kehadiran DPR dari tiap Partai Periode 2004-2007

Persentase Kehadiran (2004-2007) *)
Partai # Anggota Kehadiran Rank**)
Golkar 127 77.7% 4
PDI Perjuangan 109 76.7% 5
PPP 58 73.3% 9
P Demokrat 56 88.5% 1
PAN 53 73.9% 8
PKB 52 74.0% 7
PKS 45 81.6% 3
PBR 14 74.8% 6
PDS 13 83.9% 2
PBB 11 71.4% 10
Kursi Minoritas Rank **)
PPDK 4 65.5% 6
P Pelopor 3 84.1% 3
PKPB 2 95.2% 1
PKPI 1 71.4% 5
PNI Marhaens 1 85.7% 2
PPDI 1 71.4% 4
% Rata-Rata Kehadiran 77.7%

*catatan:
*) Hasil kalkulasi dari 21 dari 66 Risalah Rapur periode Oktober 2004 – Desember 2007
**) Peringkat kehadiran anggota DPR dari 10 partai besar pemenang Pemilu 2000
***) Peringkat kehadiran anggota DPR dari partai dengan jumlah kursi kurang dari 2%

Daftar Partai Pembolos Sidang dan Rapat Paripurna 2004-2007

Ternyata dari tabel 2 terlihat bahwa hampir semua anggota partai di DPR adalah tukang bolos (2004-2007), kecuali P.Demokrat, PDS dan PKS (kategori partai besar) yang memiliki tingkat kehadiran relatif tinggi yakni di atas 80% dan PKPB (2 orang anggota) dengan tingkat kehadiran 95.2%.
Dari tabel 2, kita dapat melihat partai yang mana serius dalam menjalankan tugasnya di Senayan. Dalam hal ini, Partai Demokrat dan Partai Damai Sejahtera (PDS) merupakan partai dengan partisipasi anggota paling tinggi dalam sidang atau rapat paripurna di DPR, masing-masing 88.5% dan 83.9%.

Tk Kehadiran DPR (2004-2007)
Tk Kehadiran DPR (2004-2007)

Sedangkan, Partai Bulan Bintang (PBB) dengan jumlah anggota 11 orang merupakan partai pemenang Pemilu 2004 yang paling malas dan paling sering bolos. Partisipasi anggotanya menduduki peringkat paling akhir dalam mengikuti rapat paripurna yakni 71.4%. Selanjutnya partai dengan tingkat bolos yang tinggi adalah Partai Persatuan Pembangunan di urutan 9 dengan 73.3% kehadiran. Disusul oleh PAN dan PKB diposisi 8 dan 7.

Sedangkan dua partai besar pemenang Pemilu 2004, Golkar dan PDI-P memiliki  tingkat kehadiran yang hampir sama dengan kehadiran rata-rata anggota DPR periode 2004-2007 yakni 77.7% atau rata-rata 28 anggota (Golkar) dan 25 (PDI-P) yang bolos dari rapat paripurna. Persentase kehadiran anggota Golkar dan PDI-P jauh lebih baik dibanding PBB maupun partai kecil seperti PPDK, PKPI dan PPDI.

Secara keseluruhan, anggota partai yang paling rajin menghadiri rapat paripurna adalah Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) dengan tingkat kehadiran mencapai 95,2%. Andai saja, semua anggota DPR seperti anggota PKPB, mungkin Indonesia akan jauh lebih baik.

Kesimpulan

Berikut adalah daftar anggota partai dari paling sering bolos hingga yang memiliki tingkat kehadiran tinggi dalam rapat paripurna periode (Okt 2004- Des 2007)

No Partai Tingkat Bolos
1 PPDK 34.5%
2 PBB 28.6%
3 PKPI 28.6%
4 PPDI 28.6%
5 PPP 26.7%
6 PAN 26.1%
7 PKB 26.0%
8 PBR 25.2%
9 PDI Perjuangan 23.3%
10 Golkar 22.3%
11 PKS 18.4%
12 PDS 16.1%
13 P Pelopor 15.9%
14 PNI Marhaens 14.3%
15 P Demokrat 11.5%
16 PKPB 4.8%

Silahkan pelajari dan amati data tersebut, pilihan 2009 terserah pada Anda. Mau memilih partai apa? Atau sebaliknya, berhenti mencoblos para pembolos?….Hmmm… Kalau saya, saya lebih cenderung untuk tidak memilih…mungkin saja akan berubah…semoga.

Semoga melalui artikel ini, masyarakat Indonesia lebih bijak menilai sebuah partai besar, bijak memilih partai, bijak memilih anggota dewan. Dan bagi anggota dewan dan tokoh partai yang membaca artikel ini, saya berharap anda dan partai anda memperbaiki kualitas partai dan anggota anda dari masukan ini.

Untuk tokoh-tokoh partai besar, cobalah Anda ‘berani berbicara’. Jangan biarkan anggota anda malas. Jangan hanya beriklan, mengkritik, ber’dakwah’, atau berkampanye untuk meningkatkan citra partai Anda dari persfektif luar. Tapi, beriklanlah, kritisilah, dakwahlah, dan kampanyekanlah kepada anggota partai Anda agar menjalan tugasnya dengan baik di DPR. Jangan sering bolos, meski ia adalah petinggi partai. Terutama…….terutama partai dengan anggota DPR yang tingkat kebolosan mencapai 1/4-nya, yakni PBB, PPP, PAN, PKB. Tunjukkanlah kata-kata dengan perbuatan.

Untuk beberapa partai-partai kecil [jika anda tidak tersinggung], saya katakan kecewa. Karena dengan jumlah yang anggota sedikit, Anda justru tidak loyal untuk hadir di rapat-rapat DPR.  Bayangkan saja seorang pendiri partai PPDK yang juga anggota DPR fraksi Bintang Pelopor Demokrasi, dari 20 kali sidang, beliau hanya hadir 6 kali…. Ini persentase ketidakhadiran yang terlalu besar. Jadi, mereka di partai kecil yakni PPDK, PKPI, PPD, dengan jumlah anggota masing-masing 4, 1 dan 1 pun tetap bolos…..apa kata dunia????

Jika tidak ada perubahan, maka kami akan menjadi letih. Letih karena bosan. Lelah karena janjimu. Ironis dengan gajimu. Prihatin dengan ‘kesalahan suara kami’ memilihmu.

Terima kasih 29 Desember 2009- ech for nusantaraku


Catatan:

-) ternyata beberapa data yang dimuat di situs dpr.go.id amburadul.  Beberapa data yang inkonsisten dengan data sebelumnya.
-) saya telah berusaha mengolah data ini dengan semaksimal mungkin. Kesalahan kecil mungkin saja terjadi, tapi setidak-tidaknya, inilah gambaran anggota DPR dalam menjalankan tugasnya selama 3 tahun (2004-2007). Oleh karena itu, saya menganjurkan Anda untuk mempelajari kumpulan hasil risalah rapur DPR RI di situs : http://www.dpr.go.id/dpr/bagian_risalah/kegiatan.php
-) Trend data yang saya input adalah : tingkat kehadiran sangat tinggi diawal masa jabatan (tahun 2004), dan cukup ironios karena semakin lama duduk di Senayan, mereka semakin bosan untuk hadir menyuarakan aspirasi rakyat.

Artikel lanjutan : Daftar Politisi DPR Golkar yang Pembolos (2005-2007)

Rangkuman “Megawati Bicara II” di Kick Andy

Desember 28, 2008

Ketika saya nonton siaran ulang Kick Andy – Mega Berbicara II pada hari minggu, saya mencoba untuk menuliskan kembali sebagian isi yang menurut saya menarik.  Sebagian hasil wawancara, saya edit dan tambahkan seperlunya.  Meskipun, mungkin tayangan Kick Andy –  Megawati mengandung sisi politisnya, lebih baik kita hilangkan nilai-nilai politisnya. Kemunculan tokoh-tokoh politik di Kick Andy seperti Wiranto, Habibie, Gusdur, Harmoko pada episode-episode terdahulu pun sama yakni membicarakan sisi kehidupannya.

Begitu juga, saya menilai kemunculan seorang Mega di Kick adalah memberikan nilai-nilai kemanusiaan dan sisi tersembunyi dari pribadi seseorang. Tanpa Kick Andy, saya tidak tahu bahwa Soegiharto (mantan Menteri BUMN) adalah seorang siswa rajin yang ‘terpaksa’ menjadi tukang  parkir hingga jam 12 sampai 2 pagi. Demikian juga seharusnya kita menilai seorang Mega di acara Kick Andy. Saya melihat begitu banyak sisi kemanusiaan. Mungkin kita dapat menimalisasi sendi-sendi politis. Politis atau tidak, tergantung dari persfektif kita untuk ‘mencerna’ sumber informasi. Baca selengkapnya…

Perbandingan Harga Premium AS vs Indonesia 2008

Desember 28, 2008

Daftar Harga dan Perbandingan Premium di AS dan Indonesia sepanjang tahun 2008
oleh ech

Berikut saya tampilkan perbandingan harga premiun yang dijual di SPBU Amerika Serikat dengan Indonesia sepanjang tahun 2008.
Adapun asumsi yang saya gunakan adalah:

1. Harga rata-rata premium di AS diambil dari harga mingguan yang dirilis di www.eia.doe.gov ( 1 gallon = 3.7854 liter)
2. Harga premium di konversikan dengan rupiah dengan asumsi rata-rata kurs rupiah terhadap dollar adalah sebagai berikut:
2a. Kurs Jan – Sep = Rp 9.250 per dolar
2b. Oktober – Desember = Rp 10.800 per dolar
3. Pada bulan Mei, saya masih menggunakan acuan harga premium dari awal hingga pertengahan Mei. Kenaikan BBM pada 24 Mei, saya masukan dalam kalkulasi bulan Juni 2008.

Perbandingan Harga di AS Harga Ind
2008 $ /liter Rp/liter Rp/liter
Januari 0.82 7,585.00 4,500
Februari 0.81 7,492.50 4,500
Maret 0.87 8,047.50 4,500
April 0.93 8,602.50 4,500
Mei 1.01 9,342.50 4,500
Juni 1.08 9,990.00 6,000
Juli 1.09 10,082.50 6,000
Agustus 1.01 9,342.50 6,000
September 1.00 9,250.00 6,000
Oktober 0.85 9,180.00 6,000
November 0.58 6,264.00 6,000
M-1 Des 0.49 5,335.20 5,500
M-2 Des 0.46 5,011.20 5,500
M-3 Des 0.45 4,892.40 5,000
M-4 Des 0.45 4,881.60 5,000

Bagian tabel yang saya blok menunjukkan harga premium di AS lebih rendah daripada di Indonesia. Amerika yang mengimpor lebih dari 50% BBM-nya menjual harga premiumnya jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia yang “mengimpor” minyak sekitar 33% dari total konsumsi.

Saya menggunakan kata “mengimpor”, karena sebagian minyak yang kita impor berasal dari bumi Indonesia sendiri. Indonesia ‘terpaksa’ membeli minyaknya sendiri dari perusahaan asing di Indoensia. Ini dikarenakan kontrak minyak pemerintah dengan perusahaan asing di Indonesia rata-rata 70:30. Jika Indonesia berani menegosiasi kontrak minyak dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional, maka persentase 70:30 bisa ditingkatkan. Hal ini tentu saja berdampak pada rasio produksi/konsumsi yang meningkat. Begitu juga yang seharusnya Indonesia mampu berdirikari mengeksplorasi dan mengolah Blok Cepu, alih-alih jatuh ke tangan asing.

Grafik Harga Premium Amerika Selama 15 tahun
Periode : Januari 1994 – Desember 2008

Harga Premium Amerika 1994-2008

Harga Premium Amerika 1994-2008

Dari grafik di atas diperoleh:
Pada tahun 2008 terjadi harga yang istimewa:
1. Selama kurun 15 tahun, harga premium di Amerika mencapai rekor tertinggi pada bulan Juli 2008 yakni mencapai 4.16 dolar pe galon atau 1.10 dolar per liter (pertengahan Juli 2008 )

2. Harga premium Amerika di akhir Desember 2008 mencapai rekor terendah sejak Maret 2004 yakni hanya 46.6 sen dolar per liter atau US 1.764 dolar per galon.

Grafik Harga Premium Amerika Selama 2008
Periode : Januari  – Desember 2008

Grafik Harga Premium Amerika 2008

Grafik Harga Premium Amerika 2008

Ditulis : 28 Des 08
Revisi I : 30 Des 08

Rangkuman “Megawati Bicara I” di Kick Andy

Desember 27, 2008
tags:

Bagi para pembaca yang tidak sempat menyaksikan acara Kick Andy bagian pertama dari “Mega Bicara” pada tanggal 19 dan 21 Desember 2008, teman-teman dapat membaca hasil “Kick” Andy F Noya yang telah ditulis oleh seorang wartawan terkemuka Media Indonesia yakni Gantyo Koespradono.  Ijuga seorang pengajar di Universitas Indonusa Esa Unggul. Salah satu karya tulis beliau adalah, buku inspiratif, “Kick Andy – Kumpulan Kisah Inspiratif“.

Malam ini (27 Desember) saya searching, rupanya saya menemukan hasil skrip sangat lengkap di blog pak Gantyo Koespradono (silahkan kunjungi blog Gantyo Koespradono). Skrip ini sangat lengkap di banding di resensi KickAndy.com.  Baca selengkapnya…

Sisi Positif dari Seorang Megawati di Kick Andy

Desember 27, 2008

Sisi Positif dari Seorang Megawati di Kick Andy
Oleh: ech-wan @nusantaraku

Megawati Soekarnoputri

Megawati Soekarnoputri

Selamat buat tim Kick Andy yang berhasil mewawancarai Bu Mega untuk pertama kali di TV yang mendapat komentar terbanyak di situs kickandy.com. Saya salud sama acara Kick Andy, karena selama menampilkan hidup dan kehidupan seseorang yang unik dan kita diharapkan mendapatkan sisi positif dari sikap dan nilai-nilai yang dimiliki orang tersebut. Dari perjuangan hidup para korban HIV, kisah Suster Apung, Laskar Pelangi, AA Gym, perjuangan seorang Eurico Gutteres, kisah seorang Xanana Gusmao dan Mayor Alfredo serta banyak lagi yang tidak dapt disebut. Baca selengkapnya…