Lanjut ke konten

Sepak Terjang Bakrie : Menteri, Pengusaha dan “Catatan Hitam”-nya

Desember 17, 2008

Bakrie  Akhinya “Lelah” Jadi Menteri dan Pengusaha

by : echnusa – 17 Desember 2008

Siapa yang tidak mengenal sosok dan sepak terjang seorang Bakrie. Ir. H. Aburizal Bakrie lahir di Jakarta, 15 November 1946 dari seorang pengusaha Achmad Bakrie, sang pendiri kelompok Usaha Bakrie. Selain menjadi terkenal ketika menjabat Menko Perekonomian diawal Kabinet Indonesia Bersatu, ia pun terkenal karena kasus lumpur Lapindo – Brantas. Nama Menko Kesra ini kembali mencuat di tahun 2007 ketika dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia 2007, bahkan di Asia Tenggara. Bahkan kekayaannya mendadak naik dari beberapa triliun menjadi Rp 84 triliun di pertengahan Juni 2008.

Aburizal Bakrie
Aburizal Bakrie

Pesatnya ekspansi “kerajaan bisnis” dan cepatnya karir politik Bakrie meninggalkan kisah yang menarik untuk diikuti. Dan tidak kalah menariknya saat ini adalah surutnya karir politik dan bisnis Bakrie yang relatif cepat juga. Sepak terjang Aburizal Bakrie di nusantara telah dirintis oleh orang tuanya, Achmad Bakrie, sejak era Bung Karno. Dengan kelihaiannya, Keluarga Bakrie dapat tumbuh dan bertahan di era kediktatoran Soeharto hingga era reformasi di pemerintah SBY-JK saat ini.

Bakrie Lelah dalam Politik dan Bisnis

Bakrie sudah mengeluti dunia bisnis hampir 4 dekade yang lalu yakni ketika menjabat  Asisten Dewan Direksi PT. Bakrie & Brothers di tahun 1972. Dalam dunia pemerintahan, setidaknya Bakrie telah menjabat menjadi menteri SBY selama 4 tahun, diawali Menko Perekonomian dan berganti menjadi Menko Kesra.
Banyaknya kritik kepada “the richest man Indonesia 2007” selama menjabat menteri  bersamaan kepemilikan lumpur Lapindonya, akhirnya membuat Bakrie “lelah”. Dalam salah satu wawancaranya pada majalah Forbes, Bakrie mengaku tidak ingin mengisi jabatan di pemerintahan lagi meskipun SBY terpilih kembali di tahun 2009. Dalam kegundahan hatinya, Bakrie akan menyisahkan sisa waktunya untuk bergerak di bidang sosial. [harusnya dari sekarang donk beramal…:)]
Saya akan pensiun dalam kabinet. Setelah masa tugas saya selesai, saya tidak akan berada di kabinet lagi. Saya tidak berniat untuk masuk dalam kabinet lagi.” Ungkap Bakrie di kantornya (November 2008).
Saya telah memberitahukan [Presiden SBY], dan Wapres Jusuf Kalla bahwa saya akan menyisakan waktu untuk sosial-amal, tidak dalam pemerintahan. Saya telah berkontribusi selama 5 tahun. Dan sekarang, saya ingin bermain bersama cucu saya. Saya ingin ikut andil dalam yayasan sosial keluarga saya

Bisnis Bakrie di balik Jabatan Menterinya : “Catatan Hitam’

Apakah Bakrie memanfaatkan jabatannya sebagai Menteri untuk memperluas bisnis pribadinya???
Tidak ada data publik yang secara tegas menunjukkan Bakrie memanfaatkan posisinya dalam kabinet SBY untuk memperkuat dinasti bisnisnya. Namun, dari tindak-tanduk dan sepak terjang Bakrie di awal menjabat Menko Perekonomian, sedikitnya memberikan sinyal bahwa Bakrie memanfaatkan jabatannya untuk bisnis keluarganya.
Berikut adalah beberapa peristiwa “istimewa” Aburizal Bakrie yang kontroversial selama di  kabinet SBY.

1. Lumpur Lapindo – Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (2006)
Peristiwa Lumpur Lapindo muncul pertama kalinya pada 29 Mei 2006 yang diakibatkan (penyelidikan) kelalaian PT Lapindo Brantas dalam usaha pengeboran minyak. Sejak awal Lapindo telah melakukan estimasi yang salah untuk melakukan pengeboran minyak.
Karena pemilik usaha Lapindo Brantas berada dalam jajaran kabinet SBY, maka pada tahun 2007 SBY-JK mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007 yang berisi negara (melalui APBN) membiayai dana sosial kemasyarakatan yang timbul di luar peta area dan biaya-biaya penanganan masalah infrastruktur lumpur Lapindo di Sidoarjo. Melalui peraturan pemerintah ini, hingga saat ini negara dirugikan hingga 2 triliun rupiah (anggaran Rp 450 miliar tahun 2007, dan Rp 1.57 triliun untuk tahun 2008 ) dan Lapindo Brantas (Bakrie) mendapat “untung besar” berkat kebijakan “kliennya” Pak SBY-JK.

2. Kasus Tender Jaringan SLI oleh Bakrie Telecom (2007)
Departemen Komunikasi dan Informatika pada tahun 2007 hanya memilih Bakrie Telecom dalam seleksi tender Sambungan Langsung Internasional (SLI). Dalam hal ini, pihak XL dirugikan (jaringan lebih luas dan bagus dibanding Bakrie Telecom), karena pemerintah tidak memberikan penjelasan yang rinci mengenai seleksi tender ini.. Tentunya Bakrie Telecom mendapat informasi yang lebih rinci dari Kabinetnya SBY, sehingga memudahkan untuk lolos tender.

3. Kasus Tunggakan Royalti Batubara 2008
Di pertengahan 2008, Menkeu akhirnya menguak kasus tunggakan royalti batubara yang mencapai Rp 7 triliun atau Rp 16 triliun (ICW). Dan terkuak bahwa sebagian besar perusahaan penunggak (Adaro, Kaltim Prima Coal, Arutmin, Berau Coal, Kideco) dimiliki oleh Keluarga Bakrie. Lagi-lagi, pelanggaran hukum telah terjadi dibalik kekuasaan. Dan SBY lamban dalam menangani kasus ini. Dengan bantuan media massa, akhirnya SBY sedikit bertindak, tapi sayang…masih terlalu lunak untuk Bakrie.

4. Kemelut Suspensi Saham Bakrie
Krisis finansial global yang diikuti anjloknya harga bursa saham regional termasuk BEI, turut menyumbang kebijakan pemerintah yang kontroversial. Untuk melindungi saham-saham Bakrie agar tidak anjlok di bursa saham, pemerintah secara tidak langsung mengintervensi untuk mensuspen saham-saham utama Bakrie (PT Bakrie & Brothers, PT Bumi Resources dan PT Energi Mega Persada). Hal ini semakin nyata ketika wapres Jusuf Kalla secara terang-terangan mengakui pemerintah melindungi kepentingan bisnis Bakrie. Hal ini semakin hangat ketika beredar berita bahwa Menkeu Sri Mulyani mengajukan pengunduran diri karena “kabinet SBY-JK bermasalah”.

Pernyataan Bakrie : Sebuah Kejujuran?

Situasi dan kondisi terberat yang dialami Bakrie adalah krisis finansial 2008 yang diikuti bangkrutnya perbankan dunia, turunnya harga komoditas dan hengkangnya para investor. Hal ini menyebabkan bisnis Bakrie runtuh. Saham keluarga Bakrie terjun bebas hingga sebesar 90% akibat ketakutan para debitor meminjamkan miliaran dollar kepada grup Bakrie.
Menyangkut kasus suspensi saham Bakrie di BEI dan beberapa “skandal” bisnisnya, Bakrie memberikan penjelasan apakah beliau memanfaatkan jabatannya untuk bisnisnya?
Bakrie “Saya tidak pernah melakukannya. Tidak pernah! Tidak pernah!. Saya bukan pengusaha lagi. Saya tahu kegiatan usaha keluarga saya, tapi saya bukan pengusaha lagi. Saya telah mengabdikan 4 tahun saya [dalam kabinet]. Saya tidak pernah terlibat dalam pembahasan bisnis.” Mengenai keberadaannya di kantor perusaahan, Bakrie berkilah bahwa “Saya mendatangi kantor perusahaan untuk berdoa, ya. Dan bila pada malam hari adik saya ingin memberikan laporan, itu yah….kami berdiskusi. Hanya itu saja“.

Akhir Perjalanan Bakrie

Bakrie yang pernah dinobatkan sebagai orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes Asia 2007, sudah tidak terkaya lagi. Anjloknya harga saham-saham utama Bakrie hingga 90% menyebabkan kekayaan yang sebelumnya mencapai US$ 5.4 miliar di tahun 2007 hanya tersisa US$ 850 juta di akhir 2008. Dari rangking I turun ke rangking IX. Bagaimana karir politiknya? Dari posisi orang nomor ke-5 RI (struktur kabinet) tahun ini, akan kembali menjadi rakyat biasa (???) di tahun mendatang.
Meskipun masih diliputi kemelut dan ketidaksenangan masyarakat atas hubungan mesra SBY-JK terhadap Bakrie di kabinetnya, serta kesan “sikap apatis” dalam menjalankan bisnisnya..Akhir kata, semoga niat Bakrie untuk “pensiun” sebagai pengusaha dan politikus dan menjadi seorang “dermawan” untuk sosial terwujud demi menebus “mistakenness”.

Referensi literatur: forbess.com, kompas, detik.com, wikipedia, tempointerkatif.

18 Komentar leave one →
  1. November 8, 2013 4:11 PM

    Waduh… kontradiktif…

  2. Anwar Saleh permalink
    Desember 10, 2014 9:14 AM

    bakrie MAFIA penguras kekayaan negara….

Tinggalkan Balasan ke icha Batalkan balasan